Minggu, 20 April 2014

Desa Mutih Wetan Pembangunan Jalan Pertanian Di Utamakan

Jalan menuju lahan pertanian dari dana ADD desa Mutih Wetan

Desa Mutih Wetan  kecamatan Wedung kabupaten Demak saat ini merupakan salah desa pertanian yang cukup potensial . Selain mempunyai lahan sawah yang luas , juga hasil panen setiap tahunnya cukup baik hasilnya. Ini semua ditunjang oleh sarana prasarana pertanian yang memadai . Selain saluran air yang menjamin kecukupan air di setiap musim tanam ,juga jalan sebagai sarana pasca panen cukup diperhatikan.

“ Memang beberapa tahun terakhir ini , pembangunan kami fokuskan pada peningkatan infrastruktur pertanian. Selain saluran air yang kami perhatikan kami juga membangun jalan-jalan yang menuju akses lahan pertanian “, ujar M. Lutfie Noor  Kepala desa Mutih Wetan pada Warta Demak.

Pembangunan infrastruktur pertanian ini kata Lutfie , berasal dari program PNPM Mandiri Perdesaan , dana ADD dan juga dana dari Pemerintah kabupaten. Hal itu dilaksanakan agar sector pertanian di desanya hasilnya lebih maksimal. Jalan pertanian merupakan akses utama untuk mobilisasi para petani. Selain jalan untuk mengangkut hasil pertanian , juga akses sehari-hari para petani dari rumah ke lahan.


“ Dengan bagusnya jalan tersebut diharapkan harga gabah lebih tinggi karena transportasinya cukup mudah. Selain itu para petani yang ingin menggarap lahannya juga tidak kesulitan karena jalannya becek “, tambah Luffie.

Untuk tahun 2012 ini sebagian besar dana ADD desanya digelontorkan untuk perbaikan jalan pertanian. Selain itu juga untuk membuat talud saluran air agar pengairan sawah warga tercukupi airnya. Untuk tahun 2013 fihaknya juga mengajukan pengerukan beberapa sungai atau saluran air untuk memaksimalkan lahan pertanian.

Disisi lain sekretraris UPK PNPM Mandiri Perdesaan kecamatan Wedung Susi mengatakan dana dari PNPM yang diberikan pada desa Mutih Wetan untuk mengoptimalkan hasil lahan pertanian juga cukup besar . Yang terakhir adalah pembuatan jalan beton di sisi sungai lobang perbatasan Mutih Wetan dan Bungo . Jalan tersebut ditujukan untuk kelancaran transportasi hasil pertanian dan tambak di desa Mutih Wetan.

“ Selain jalan tersebut masih banyak lagi program PNPM Mandiri di desa Mutih Wetan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian desa Mutih Wetan lewan sector pertanian “, tambah Susi pada Warta Demak di kantor UPK Wedung. (Muin)

sumber : http://for-mass.blogspot.com/2013/01/desa-mutih-wetan-pembangunan-jalan.html

Kamis, 23 Januari 2014

Air Sampai Atap, 4.500 Jiwa Terisolasi


DEMAK, KOMPAS.com — Sebanyak 4.500 jiwa warga Desa Tedunan, Kecamatan Wedung, Demak, terisolasi akibat banjir luapan Sungai Serang, Wedung, Demak, Rabu (22/1/2014).

Rumah mereka terendam banjir hingga ketinggian 1,5 meter sehingga tidak memungkinkan untuk ditempati lagi.

Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman. "Saya takut, Mas, air sudah sampai atap rumah," kata Siti Farikah salah seorang warga sambil menangis.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Demak Bambang Saptoro mengatakan, 30 personel tim SAR yang terdiri dari para relawan dan satgas BPBD serta tim reaksi cepat diterjunkan ke lokasi. Mereka melakukan proses evakuasi warga yang saat ini terisolasi.

"Dua perahu karet kita terjunkan ke lokasi untuk mengevakuasi warga," kata Bambang.

Namun, personel kewalahan jika hanya menggunakan dua perahu karet untuk menangani ribuan warga yang akan mengungsi. "Kita masih kekurangan perahu karet. Pinjam di kabupaten tetangga sudah tidak ada lagi karena digunakan untuk evakuasi banjir di wilayah Pati, Jepara, dan Kudus," imbuh Bambang.

Hingga berita ini diturunkan, tim SAR masih melakukan proses evakuasi warga. Demi menuju ke lokasi yang berjarak satu kilometer dari posko evakuasi di Desa Mutih Kulon, tim SAR harus menembus derasnya arus air sedalam dua meter.



sumber : http://regional.kompas.com/read/2014/01/22/1421306/Air.Sampai.Atap.4.500.Jiwa.Terisolasi

Dampak Banjir Jepara, 2.400 Rumah di Demak Terendam

DEMAK, KOMPAS.com - Dampak banjir yang melanda wilayah Jepara mengakibatkan 2.400 rumah di wilayah Kecamatan Mijen dan Wedung terendam Banjir, Rabu (22/1/2014).

Selain rumah, banjir setinggi 50-100 centimeter juga menggenangi jalan jalan desa, termasuk Jalan Raya Demak-Mijen sepanjang satu kilometer. Akibatnya, akses jalan ke wilayah Jepara terputus.

"Mulai Kantor Kecamatan Mijen hingga tapal batas dengan Kabupaten Jepara, terendam air 60 cm," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Demak, Bambang Saptoro.

Banjir diakibatkan meluapnya sungai Serang Wedung Demak, karena tidak mampu menampung tingginya debit air. "Air masuk ke dalam rumah setinggi 20-40 cm," kata Bambang.

Selasa, 07 Januari 2014

Desa Sentra Pembibitan Dai di Demak (2-Habis) Dapat Berkah Syekh dari Hadramaut

       MENGAPA dua desa di Mutih, Kecamatan Wedung, Demak dikenal sebagai desa santri dan ulama? Sekretaris Desa Mutih Kulon Naimul Huda menduga, banyaknya warga Mutih yang menjadi dai di luar daerah, tak lepas dari berkah Syekh Maulana Abdurrahman Albar.
Siapakah dia? Syekh dari Hadramaut Yaman itu dipercaya sebagai cikal bakal Desa Mutih. Sebuah kuburan tua yang terdapat di tengah persawahan desa tersebut dipercaya sebagai makam syekh tersebut. Makam itu dikenal penduduk setempat sebagai Burwatu (kubur watu). Dari kisah Syekh Maulana pulalah nama Mutih didapatkan.
KH Abdullah Manshur Sanusi, pengasuh Pesantren Darut Tauhid Alalawiyah Assanusiyah menceritakan, sang syekh hidup sezaman dengan Ratu Kalinyamat yang memerintah Jepara, sekitar abad ke-16. Diceritakan, Kalinyamat yang oleh penulis Portugis Diego de Conto disebut sebagai "Rainha de Jepara senhora pederose e rica" yakni Ratu Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa itu memiliki hobi berburu di hutan. Suatu ketika, syekh menemukan kijang milik Ratu Kalinyamat. Karenanya, sang ratu hendak memberikan hadiah kepada syekh. Ia pun mengutus para punggawanya untuk mendatangi syekh."Tuwasana! (Berilah hadiah!)," sabda Ratu Kalinyamat, seperti disampaikan Kiai Manshur.
Rupanya, kata Kiai Manshur, pemimpin prajurit itu agak suda pangrungon. Ia salah mendengar dan menafsirkan perintah. Sependengarannya, ratu memerintahkan "Tewasana! (Bunuhlah!)." Maka, ia pun berangkat ke Demak dengan niat menghabisi Syekh Maulana. Misi sukses dilaksanakan, dan syekh pun tewas di tangan prajurit itu. Tapi, apa yang terjadi? Atas kehendak Allah, konon, darah yang mengalir dari diri syekh tidak berwarna merah seperti lazimnya, melainkan berwarna putih. Dari kisah itu muncullah nama Desa Mutih, yang dalam perkembangannya menjadi Mutih Wetan dan Mutih Kulon.
Makanya setiap habis panen, penduduk desa menggelar haul cikal bakal desa tersebut. Ali, putra KH Mansyur menceritakan, saat haul persawahan tersebut akan dipenuhi oleh ribuan peziarah. Pada umumnya, mereka berdatangan dari desa-desa sekitar Mutih Kulon. Namun, tak sedikit yang datang dari luar Demak, dan bahkan luar Jawa Tengah.
"Biasanya, para dai asal Mutih Kulon yang berdomisili di Jakarta akan pulang. Mereka mengajak serta habaib (keturunan Nabi Muhammad Saw-red) dari ibukota untuk menziarahi makam Syekh Maulana," tutur dia.
Ilmu Agama
Cukupkah berkah yang konon diperoleh dari sang Syekh? Tentu saja tak cukup. Kesadaran warga Mutih untuk membekali diri dengan ilmu-ilmu agama yang memadai juga sangat tinggi.
"Bekal minimal yang mesti dimiliki oleh calon dai adalah pengetahuan dasar tentang agama, mulai dari aqidah akhlaq, fikih, Alquran dan Alhadis, tafsir, nahwu dan sharaf, hingga tasawuf. Pengetahuan yang diperoleh di pesantren, biasanya memberikan jawaban untuk itu," jelas Manshur.
Berkah yang diperoleh warga Mutih ternyata tak cuma menjadi dai. Banyak pula warga Mutih yang menekuni profesi sebagai tabib.
"Umumnya, mereka memadukan pengobatan tradisional dengan ajaran yang didapatkan dari kitab kuning (kitab klasik yang banyak dipelajari di pesantren-red). Kalau menurut istilah sekarang, kerap disebut terapi ilahiyah."
Seperti juga dai, para tabib asal Mutih itu berkiprah di banyak tempat, di kota-kota besar di Indonesia. Huda mencontohkan Tabib Dain dan Tabib Aulia yang membuka praktik di Yogyakarta. Bahkan kabarnya, tabib asal Mutih memiliki nama cukup populer dan dipercaya mujarab. Sampai-sampai Naimul Huda dengan sangat yakin mengatakan, "Kalau Sampeyan bertemu tabib terkenal yang mengaku berasal dari Demak, coba tanya saja. Biasanya dari Mutih."(Achiar M Permana-78)

sumber :  http://www.suaramerdeka.com/harian/0411/23/nas15.htm